MUSEUM BALE AGUNG Edisi Ulang Tahun III, MEI 2012
Banyak hal menyenangkan dalam hidup, menurutku. Mengoleksi sampul hari pertama atau tusuk gigi misalnya. Atau berkebun. Atau jalan kaki. Atau bermain catur dengan anak-anak *menang trus soalnya*. Atau pergi ke banyak sekali museum. Hanya pergi ke 1-2 atau 2-3 museum tentu sulit dirasa sebagai sesuatu yang fun. Tapi jika kita telah pernah pergi hingga belasan-belasan museum..hmm...rasanya, seperti jagoan :D
Hanya aku tak mengira museum akan bisa diceritakan hingga suatu hari, April 2009, si adik punya ide gimana klu bikin website yang isinya tentang museum-museum di Indonesia. Gara2 liat tulisan di koran tentang museum di Wates yang tak ada pengunjungnya.
Tapi sebuah ide untuk menetas perlu banyak energi toh..
Demikian berhari-hari kami kasak-kusuk...kasak-kusuk..hingga kemudian diputuskan nama domain akan didaftarkan pada tanggal 2 Mei 2009. Setelah itu dalam waktu kurang dari seminggu mic *museumindonesia dot com* pun meluncur ke dunia maya. Kebut joo...aku ingat adik sampai sembab matanya. Gila berdua deh pendek kata waktu itu :D
Dilihat kembali rasanya seperti melewati suatu kemustahilan saja. Tapi jika kita pernah menghabiskan waktu seharian untuk mengisi tts maka tentu tak ada lagi yang lebih mustahil, iya kan.
Sejauh ini desain mic masih sama seperti saat diluncurkan, mungkin karena setengahnya sudah kehabisan energi..hehe. Merah putih sejak awal dipilih karena warna bendera. Fitur 'Berlangganan Berita' berfungsi menginformasikan pemuktahiran (update) mic kepada pengunjung melalui alamat surel yang terdaftar. Keseluruhan, boleh dikatakan tak banyak perubahan di mic kecuali tanda air (watermark) ditambahkan pada foto-foto sejak 12 Desember 2011.
Publikasi di mic diusahakan teratur dalam rentang waktu sekitar sebulan. Walau sesekali kami akan absen selama 3-4 bulan tapi so far hanya pernah terjadi sekali. Demikian pula surel para pengunjung akan kami balas meski tidak selalu segera.
Juga, satu-dua hal akan selalu jelas. Pertama kami tidak berniat mengomersialkan mic. Kedua kami tidak tertarik tawaran membeli artefak, prangko, uang kuno, dsb.
Mei 2012 mic telah berusia tiga tahun...usia yang masih harus banyak belajar.
O ya satu hal lagi. Kami bukan orang dari dunia museum, benar-benar hanya pengunjung yang menuliskan ceritanya. Pendek kata orang biasa, dua dari rakyat Indonesia yang 200an juta gitulah. Ga keliatan dari google earth :D
KOMPLEKS KANTOR PEMKAB KULONPROGO
Tentang sampai ke Bale Agung, begini terjadi pada suatu hari di bulan November tahun kemarin. Mendadak dapat penasaran persisnya museum apa sih di Wates (adalah ibukota Kabupaten Kulonprogo, Provinsi DIY) yang menginspirasi kelahiran mic. Penjelajahan dengan kata kunci 'museum wates' tidak membuahkan hasil. Untung ketiban ide menggunakan kata kunci: museum kulonprogo.
Aha! Ini toh: Museum Bale Agung. Gembira tiba-tiba jadi gratis.
Malahan ketemu tulisan Museum Nyaris Tak Ada Tamu yang dibaca adik pada waktu itu di edisi digital Kompas Yogyakarta, 14 April 2009. Tertulis di sana, 'WATES, KOMPAS – Museum Bale Agung di kompleks Kantor Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Wates, sepi tamu pengunjung. Sejak diresmikan pada akhir 2004 sampai sekarang, tercatat hanya segelintir orang yang pernah datang ke sana...'
Gimana. 'Pancen ajaib,' komentar adik bahwa kami sampai menemukan tulisan tersebut.
MUSEUM BALE AGUNG
Museum Bale Agung terletak di kompleks kantor pemkab Kulonprogo, tepatnya di samping Bank BPD DIY. Sekali aku pernah ke sana naik bus jurusan Yogya-Wates (Rp 5.000) dari Jalan Wates, perjalanan hampir satu jam, turun di alun-alun. Museum di timurnya.
Pagi itu matahari bersinar terik dan meriah bunga-bunga pohon asam bermekaran. Tahu saja mereka-mereka bagaimana membikin hati jadi senang :D
Bale Agung menempati bangunan mungil dikelilingi palem botol. Sekali aku lihat beberapa bondol haji bertengger di situ. Isi museum aku explore dari luar karena staf tak ada di tempat. Museum menempati satu ruang pameran dengan koleksi seperti Kentungan Kyai Gorabangsa, diyakini berusia 14,5 abad. Berukuran panjang 2 meter dan lebar 50 sentimeter, terbuat dari kayu jati donoloyo. Setengah badan kentungan ditutupi kain batik motif kawung. Dipamerkan beserta seperangkat gamelan karena sekarang dikategorikan sebagai instrumen tradisional.
KENTUNGAN KYAI GORABANGSA
Dahulu kala Kentungan Kyai Gorabangsa dipakai sebagai instrumen uji nyali. Hanya calon pemimpin yang bisa mengeluarkan tangannya dengan mudah dari lubang kentungan diyakini memiliki kejujuran dan integritas.
Caraku melihatnya adalah pesan yang dimiliki Kentungan Kyai Gorabangsa agar pemimpin tidak mengambil keuntungan pribadi dari kedudukannya, tidak memperkaya diri dengan cara tak patut, tidak korup melainkan mengerahkan tenaga maupun pikiran untuk memajukan serta menyejahterakan rakyat. Dengan demikian sebagaimana tangan tidak menggenggam apa-apa sehingga mudah dimasukkan kedalam lubang kentungan, maka begitulah di akhir jabatan tangan yang tiada menggenggam akan mudah dikeluarkan dari sana.
Friends, katakan. Apakah aku sedang berbicara kepada angin. Namun tidakkah adalah dia yang diberi berkat mengubah kata menjadi paham...
梅がかを都へさそふ風も哉 may the wind send / this plum blossom scent / to kyoto issa (1763-1827)
Tanggal Terbit: 20-05-2012 |