Beranda

Kontak

Kontribusi

 

Tahukah Anda...

Wayang berasal dari bahasa Jawa Kuno, mengandung arti bayang-bayang.

 

Kategori Museum

 

  Arkeologi (7)

 

  Benteng (3)

 

  Biologi (9)

 

  Geologi (4)

 

  Lain-lain (8)

 

  Militer (4)

 

  Negeri/Daerah (19)

 

  Pribadi (7)

 

  Sejarah (14)

 

  Seni (7)

 

  Tokoh (14)

 

  Transportasi (3)

   
Publikasi Terkini
 
Pencarian
 

  
Berlangganan Berita
 

  



Museum Affandi, Yogyakarta

 

Pengantar | Komentar | Galeri Foto


wayang_museum.jpg

MUSEUM WAYANG
JAKARTA

Museum Wayang berlokasi di Taman Fatahillah yang merupakan titik mula kota Batavia. Bangunan museum memiliki sejarah panjang sebagai gereja dan museum kota. Sekarang sebagai sebuah museum wayang dengan pencahayaan dan interior yang sangat gaya. Apalagi didukung koleksi wayang golek dan wayang kulit yang sangat memanjakan mata.

 

wayang_koleksi_golek.jpg

RUANG KOLEKSI WAYANG GOLEK

Ruang Koleksi Wayang Golek berupa lorong panjang yang memamerkan wayang golek di dinding kanan-kirinya. Wayang golek berbentuk boneka, berbeda dengan wayang kulit yang ditatah dari kulit kerbau. Tidak ada bosannya memang memperhatikan kostum yang dikenakan orang-orangan ini. Melalui satu per satu koleksi wayang golek, museum menggelar Dewaruci, sebuah kisah favorit banyak orang.

Dewaruci mengisahkan Bima mencari air hidup seperti diperintahkan Resi Drona yang sebenarnya hendak membinasakan tokoh Pandawa tersebut. Toh akhirnya Bima berhasil mendapatkan air hidup. Tapi kenapa sih Bima kok bolak-balik mempercayai Drona bahkan dia bersedia kehilangan nyawa; tapi kenapa juga Bima berhasil. Mungkin benar yah tentang orang jujur dan berusaha akan ditolong para dewa. Semoga orang jahat akan dapat celaka! *Hush*

 

wayang_sukasrana.jpg

SUKASRANA

Ruang Koleksi Masterpiece. Koleksi berupa Wayang Kulit Tejokusuman (1875), Wayang Kulit Kyai Intan (1890), Wayang Kulit Ngabean (1917). Seabai-abainya kepada wayang, kita tidak akan gagal memperhatikan ukiran yang dikerjakan dengan sangat telaten dan ahli. Sayangnya, jamur sudah menggerogoti beberapa bagian wayang.

Ngabean koleksi museum mengisahkan keberhasilan Sumantri memindahkan Taman Sriwedari dari Magada ke Maespati sehingga dia diangkat sebagai Patih Maespati. Namun kebenarannya adalah meski disembunyikan Sumantri, keberhasilan itu berkat Sukasrana adiknya yang buruk rupa tapi tak menuntut jasa. So! dibalik den bagus ada jelek, dibalik den jelek ada bagus? *Sok tahu hey*

 

wayang_taman_prasasti.jpg

TAMAN PRASASTI

Taman Prasasti terletak di ujung lorong Ruang Koleksi Wayang Golek. Sedinding tulisan dalam bahasa Belanda tetapi kita akan bisa menangkap satu nama yang tak asing: Jan Pieterszoon Coen. Pendiri Batavia alias dikenal sebagai tokoh Murjangkung dalam wayang, diyakini dimakamkan di situ. Kok bisa. Karena bangunan museum dulunya adalah gereja belanda dan zaman dulu orang-orang penting biasa dimakamkan di halaman gereja.

 

wayang_panakawan.jpg

TOKOH PANAKAWAN

Lantai dua terdiri dari Ruang Koleksi Wayang Kulit Purwa, Ruang Koleksi Boneka Luar Negeri, Ruang Koleksi Aneka Gamelan. Toh tersembul juga sebuah koleksi Wayang Golek Sunda yaitu Panakawan yang menurut label museum, 'Panakawan terkenal merupakan pengikut/kawan setia para kesatria yang menuju kebenaran dan kebaikan dalam cerita Ramayana dan Mahabarata. Penafsiran atau filosofi kalimat panakawan adalah 'pana' artinya mengerti, 'kawan' adalah teman.'

Panakawan terdiri dari Semar, Cepot (Sastrajingga), Dawala, dan Gareng. Atau versi Jawa, Semar, Bagong, Petruk, Gareng. Sepenggal Gareng yang pernah aku baca di multimedia Museum Wayang, 'Tangannya ceko, kakinya pincang...simbol bahwa manusia mesti hati-hati dalam melangkah dan bertindak. Matanya juling ke kiri dan ke kanan, mempunyai makna bahwa semua hal harus ditilik dari berbagai sudut pandang.'

 

wayang_mancanegara.jpg

RUANG KOLEKSI BONEKA LUAR NEGERI

Ruang Koleksi Boneka Luar Negeri memamerkan beberapa boneka dari India (boneka Katakali), Inggris (boneka Punch Judy), Perancis (Guignol), Polandia, Vietnam, serta wayang potehi yang juga merupakan bagian dari keanekaragaman wayang golek di Indonesia.

Ruang Koleksi Gamelan terdiri dari Gamelan Kyai Intan yang dibuat di Muntilan pada tahun 1870 dan Gambang Kromong khas Betawi. Berbagai jenis wayang ikut dipamerkan adalah wayang mainan anak-anak dinamai menurut bahannya yaitu wayang bambu, wayang suket, wayang kardus; wayang agama yaitu wayang sadat yang membawakan lakon Wali Sanga dan wayang wahyu bersumber dari Kitab Perjanjian Lama maupun Baru; aneka wayang kulit seperti wayang kulit bali yang mengisahkan Calonarang, wayang kulit cina-jawa atau wayang thithi dari Yogyakarta, wayang kulit sasak yang mengambil kisah dari Serat Menak karangan Yasadipura.

 

wayang_ruang_topeng.jpg

RUANG KOLEKSI TOPENG

Lorong Koleksi Aneka Topeng ialah ruang koleksi terakhir sebelum ruang cenderamata dan pintu keluar. Koleksi mencakup topeng gaya Bali, Cirebon, Madura, Malang, Surakarta, Yogyakarta.

Saat pergi sendirian pada tanggal 1 Oktober 2011, aku duduk selama lebih dari satu jam di ruang cenderamata karena ingin mengamati tentang Museum Wayang yang dikomentari di Indonesia (Lonely Planet, 2010), 'Be warned that we have received reports of a scam involving freelance guides at this museum, who pressure you into making exorbitant purchases after a tour of the exhibits.'

 

wayang_dewaruci.jpg

BIMA DAN DEWARUCI

Akhir kata adalah Bima. Dia yang mencari air hidup karena perintah Resi Drona. Setelah pertarungan melawan naga raksasa di lautan luas, ia sebagaimana dikisahkan Franz Magnis-Suseno (Etika Jawa, 1996), '...merasa lelah dan membiarkan diri didorong kesana kemari oleh ombak-ombak samudera. Keadaan menjadi amat sepi.' Tak tahu dimana air hidup ketika tiba-tiba muncul sosok yang mirip Bima namun memperkenalkan dirinya sebagai Dewaruci. Bima pun memasuki Dewaruci melalui lubang telinga dan menemukan di sana kekosongan tanpa batas sebelum ia melihat seluruh alam luar termuat secara terbalik. Dia juga melihat warna-warna yang melambangkan nafsu maupun ketenangan batin; serta boneka gading kecil simbol pramana yang memberi hidup. Kemudian terjadilah, 'Sebuah kilat berwarna delapan membuka realitas terdalam baginya, yaitu bahwa segala-galanya adalah satu dengan dasar yang Ilahi...'

Begitulah, '...manusia harus sampai kepada sumber air hidupnya apabila ia mau mencapai kesempurnaan dan dengan demikian sampai pada realitasnya yang paling mendalam. Sumber air itu tidak diketemukan dalam alam luar, melainkan dalam diri manusia sendiri, sebagaimana dilambangkan oleh Dewaruci yang kecil dan mirip Bima...'

 

Yogyakarta, 8 Januari 2014, 7.30
Ditemani bondol haji di pohon palem
dan nyanyian paginya. Terima kasih

 

Tanggal Terbit: 02-02-2014

 

 
  Copyright © 2009-2020 Museum Indonesia. Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang.