MUSEUM ZOOLOGI FRATER VIANNEY
Museum Zoologi Frater Vianney terletak tak jauh dari Candi Badut. Terbaca di papan namanya motto 'Scientia ad Laborem' dan ‘Ilmu pengetahuan yang diabadikan dalam karya nyata dalam masyarakat.’ Jalan aspal menuju museum di belakang Novisiat Frater Hati Bunda Kudus diapit pohon kopi dan glodogan tiang.
Bangunan museum kokoh tanpa menimbulkan kesan dingin. Tergantung rapi di langit-langit beranda tulisan Museum Vianney, Koleksi Ular, Kerang-kerang Laut, dsb. Kolektor: F.R.M. Clemens, BHK. Laat Ons in God Verzinken Zonder de Wereld te Verlaten, artinya hendaklah kita tenggelam dalam Tuhan tanpa meninggalkan dunia. Kalimat sederhana yang mengesankan karena memberiku rasa ketika manusia melakukan hal-hal baik namun tanpa niat mencari keuntungan diri atau pujian orang lain dalam kehidupannya yang paling sehari-hari maka demikianlah dia telah hidup dalam Tuhan.
Sesungguhnya kalimat ini terpahat di batu nisan Frater M.Vianney, BHK (1908-1970), dalam kenangan para sahabat adalah biarawan yang sungguh mengimani kaul kemiskinan. Terlahir dengan nama J.K.P van Hoesel, saat berusia 19 tahun bergabung dengan Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus. Selanjutnya berkarya di Indonesia (Malang, Ende, Larantuka) hingga akhir hayatnya. Di Flores, Beliau dibaptis sebagai Frater Ular oleh orang-orang yang menyayanginya. Herpetologi ditekuni Frater Vianney secara autodidak tak urung membuahkan OPHIDIA JAVANICA diterbitkan Museum Zoologicum Bogoriense, 1959.
KOLEKSI MUSEUM VIANNEY
Frater M.Clemens, BHK, Direktur Museum Frater Vianney adalah murid Fr.Vianney. Perkenalan mereka terjadi pada tahun 1959 saat Fr.Clemens bersekolah di SGAK Frateran. Fr.Vianney mengajar biologi dengan cara yang lincah. Ditambah pembawaan serta kedekatannya dengan orang-orang, termasuk kecintaannya kepada sains telah menginspirasi Fr.Clemens untuk mengikuti jejak sang guru.
Beberapa tahun sebelum meninggal Fr.Vianney mendalami dunia kerang; hobi yang kemudian ‘diturunkan’ kepada Fr.Clemens. Dunia kerang sempat didalami Fr.Clemens beberapa waktu sebelum kemudian terhenti. Hingga perpindahan kantor Dewan Provinsi dari Surabaya ke Malang (1998) dan ular-ular mulai berdatangan. Hobi lama Fr. Clemens pun tepercik lagi. ‘During the period of 1984-1997, when the initiatives and activities concerning Biology were totally stopped, my strong wish and intention to become involved again in collecting reptiles and shells had never faded...,’ kenangnya dalam ‘Museum Zoologi Frater Vianney, BHK (Scientia ad Laborem)’
Seizin Frater Wilfred van der Poll (1920-2001), superior atau pemimpin umum Kongregasi pada waktu itu, Fr.Clemens kembali menekuni dunia yang dicintainya; herpetologi (ular) dan konkologi (kerang). Selama periode 1998-2000 ular dan kerang dikoleksi dengan intensif. Alhasil adalah museum yang kita saksikan sekarang. Dinamakan Museum Zoologi Frater Vianney sebagai penghormatan dan kenangan kepada sang guru. Memang mngagumkan bahwa museum tidak hanya menghimpun koleksi namun juga lahir karena semangat autodidak yang tinggi.
KOLEKSI KERANG AIR TAWAR
Koleksi kerang mencakup segala macam ukuran dan bentuk. Kima yang asli raksasa, kerang mutiara asli pipih, telescopium menyerupai teleskop mini. Diantara highlight adalah nautilus dewa yang geming di altar evolusi, 500 juta tahun tak beranjak dari bentuknya sehingga layaklah dia dipuja sebagai fosil hidup. Juga kerang epitonium yang satu bijinya di Eropa pernah mencapai harga setaraf setengah upah Denis Dedirot mengedit Encyclopedia, or a systematic dictionary of the sciences, arts, and crafts.
Memperhatikan koleksi kerang air tawar kita pasti akan segera menemukan ternyata motif dan warna jauh lebih jreng dibandingkan kerang laut. Mungkin karena lingkungan air tawar tidak segalak laut sehingga kerang-kerang lebih punya energi untuk tampil modis ya. Dibandingkan kerang laut yang mesti bekerja keras untuk survive di lingkungan dengan macam-macam predator berkeliaran daripada kebanyakan gaya. Hehe...kali...
Tapi kok kerang yang biasa aku lihat di pantai tidak sebagus kerang sini sih, Mbak. Mbak Pemandu (maaf Mbak lupa namanya) menjelaskan karena yang terdampar di pantas kebanyakannya kerang tua jadi warnanya sudah pudar. Jadi sebagian kerang koleksi museum diperoleh dari menyelam loh.
Koleksi museum lainnya adalah burung cendrawasih, burung hantu, kura-kura, kubung terbang. Dari kelas reptilia berupa ular awetan basah meliputi ular weling, ular cincin mas, ular hijau; serta iguana. Meski tampangnya rada bikin khawatir tapi iguana makhluk herbivora kok.
Awetan kering singa (Panthera leo) hadiah dari Ngayogyakarta Hadiningrat. Hayoo, singa museum mewakili siapa dalam keluarga The Lion King. Film yang menawan. Masih ingat kan adegan di Pride Rock ketika Rafiki sang dukun mengangkat Simba dan binatang-binatang hutan gembira menyambut kelahirannya. Adegan yang memukai dengan iringan lagu; It's the Circle of Life / And it moves us all / Through despair and hope / Through faith and love / Till we find our place / On the path unwinding / In the circle / The Circle of Life...
Demikianlah didalam Circle of Life kita saling berinteraksi. Semoga akan menemukan tempat kita di dunia ini.
Tanggal Terbit: 28-02-2010 |