Batu Nisan Soe Hok Gie, Museum Taman Prasasti, Jakarta
| |
CANDI BOROBUDUR
Borobudur sebagai warisan budaya dunia Sejak tahun 1991, Borobudur telah tercatat sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia (World Cultural Heritage) Nomor 592 oleh UNESCO. Pengakuan ini adalah pengakuan internasional tertinggi terhadap sebuah situs peninggalan dunia. Dari 10 kriteria Warisan Budaya Dunia, Borobudur memenuhi 3 kriteria, yaitu:
- Mewakili sebuah mahakarya kejeniusan kreatif manusia.
- Memperlihatkan pentingnya pertukaran nilai-nilai kemanusiaan dalam suatu rentang waktu atau dalam suatu kawasan budaya di dunia terhadap pengembangan arsitektur atau teknologi, karya monumental, tata kota, atau rancangan lanskap.
- Secara langsung atau nyata terkait dengan peristiwa-peristiwa atau tradisi yang masih hidup, dengan gagasan, atau keyakinan, dengan karya seni dan sastra yang memiliki nilai-nilai universal signifikan.
Bersamaan dengan pengakuan ini, terdapat beberapa kewajiban bagi pemerintah dan institusi untuk mengambil langkah-langkah kebijakan dalam pelestarian, perlindungan, pemanfaatan, pengelolaan, dan pengembangan; baik secara fisik maupun nonfisik. Begitu pula dengan masyarakat Indonesia yang sudah seharusnya turut serta dalam memelihara kelestarian Borobudur baik secara fisik maupun nonfisik.
SUDHANA, SANG PENCARI
Filosofi Borobudur Borobudur adalah simbol kebangkitan (awakening), perjalanan pencerahan manusia yang digambarkan melalui kisah perjalanan spiritual pemuda yang bernama Sudhana. Kisah berakhir pada fragmen Bhadracari di mana Samantabhadra memberi wejangan kepada Sudhana. Ketika kepala pemuda kaya raya tersebut disentuh oleh Samantabhadra, Sudhana memperoleh tingkat pencapaian samadhi tertinggi. Pada akhirnya, Sudhana mencapai Pencerahan Tertinggi tentang Kebenaran Sejati. Kisah ini menggambarkan kebangkitan batin dari insan manusia melalui proses penyempurnaan hati yang baik dan kebijaksanaan. Proses penyempurnaan hati yang baik dan kebijaksanaan (paramita) diwujudkan melalui relief Lalitavistara, Avadana, dan Jataka.
Sedangkan, di sisi yang lain, filsafat yang melandasi pelaksanaan proses penyempurnaan dalam aliran Tantrayana diwujudkan melalui relief Gandavyuha dan Bhadracari. Melalui penempatan arca-arca Pancatathagata – sebagai simbol praktik Tantra – yang menyerupai pagar, maka dapat diperkirakan bahwa Candi Borobudur lebih menitikberatkan pada ajaran Tantrayana. Pembagian Candi Borobudur menjadi kamadhatu, rupadhatu, arupadhatu tidak relevan karena pembagian ini hanya menggambarkan penggolongan alam kehidupan menurut kosmologi Buddhis yang tidak bisa menjelaskan keberadaan simbol-simbol Tantrayana dan mandala. Karena itu, teori interpretasi yang paling direkomendasi adalah teori de Casparis yang membagi Borobudur ke dalam 10 tingkatan Bodhisattva. Akhir kata, bisa disimpulkan bahwa Borobudur adalah perwujudan realisasi pencerahan seorang manusia yang berusaha menyempurnakan kebajikan dan kebijaksanaan yang dirangkum ke dalam relief-relief dan arca-arca menjadi satu candi.
RUANG PAMERAN, MUSEUM KARMAWIBHANGGA
Museum Karmawibhangga Temukan 160 panel relief Karmawibhangga yang telah tersembunyi di kaki Borobudur dan patung terkenal Unfinished Buddha berikut 10.000 batu yang belum dapat terpasang kembali di Candi Borobudur.
Sumber: Brosur ‘Saya Sudah ke Borobudur’ (Indonesia World Heritage Youth Network)
Alamat: MUSEUM KARMAWIBHANGGA Taman Wisata Candi Borobudur Jalan Badrawati, Borobudur, Magelang Jawa Tengah 56553
Telp. 0293-788 266 Fax. 0293-788 312
http://www.konservasiborobudur.org
Jam Kunjungan: Senin - Minggu 06.00-17.30
Tiket: Tiket masuk Candi Borobudur Rp 15.000 Untuk masuk ke Museum Karmawibhangga tidak dipungut bayaran.
Lokasi: Bis tanggung dari Terminal Jombor, Yogyakarta. Turun di Terminal Borobudur (10ribu). Jalan kaki ke Candi Borobudur sekitar 10-15 menit.
|